Dua Guru asal Toraja ini mengabdikan hidupnya di Papua. Mungkin mereka tidak pernah berpikir bahwa suatu saat darah mereka akan membasahi tanah Papua, tanah dimana mereka melayani.
Mungkin dalam benak mereka, ada tugas negara dan tugas pelayanan sesuai keyakinan mereka untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa, mendidik anak anak Papua supaya bisa berdiri bangga bersama saudara saudaranya se-Tanah Air Indonesia.
Inti ajaran kasih yang mereka pahami ialah Mengasihi TUHAN ALLAH dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi.
Tapi pastinya mereka berdua juga yakin bahwa bagaimana mengasihi TUHAN yang tidak kelihatan ? Semetara di Papua ada mahluk ciptaan TUHAN yang belum disentuh dengan pendidikan.
Hal inilah yang membuat mereka yakin bahwa mengasihi Manusia yg kelihatan, adalah karena kasih terhadap TUHAN nya.
Mereka tdk pernah mempersoalkan apa warna kulit anak anak yg mereka didik, mereka juga tdk mempersoalkan jenis rambutnya, siapa orang tuanya, apa afiliasi politik orang tuanya bahkan mereka tidak mempersoalkan dengan nama apa anak didiknya memanggil TUHAN.
Dikepala mereka hanya ingin kelak anak anak didiknya dapat berdiri membanggakan di depan saudara saudaanya yg lain dari berbagai tempat di Nusantara ini.
Mereka ditembak dan ditumpahkan darahnya di tanah yg mereka layani. Percayalah.....tanah dimana darah mereka tertumpah, akan jadi tanah subur yg melahirkan anak anak pintar dan cerdas.
Seandainya mereka bisa berkata kata lagi, mungkin mereka akan berkata "Saya tdk membenci kalian, karena kasih sayanglah kami hadir disini. Percayalah, setiap darah kami juga berucap KALIAN tetap saudara kami"
Selamat Jalan Pejuang, dekapan kasih TUHAN menyambutmuπππππππ
Salam Hormat Untuk Keluarga Mereka.
(Presnas PENA 98)