Kontestasi PILKADA 2015 adalah pertarungan segitiga antara THEO-LINTIN, NI-VI & SADRAK-JANE. THEO di jegal dgn issu " korupsi bandara" & "Tae' apa dadi"........., SADRAK dijegal issu "blm waktunya" idealnya pd posisi wakil dulu….... Kedua issu ini menguntungkan NI-VI. Alhasil NIVI keluar sbg pemenang.
Baca juga :
Hari ini Theofilus Allorerung Ulang Tahun ke-63 Tahun
Sy termasuk salah satu yg terperdaya dgn issu negative yg disematkan pada pak Teo. Pokoknya bagaimana caranya mengalahkan Teo. Bergabung dgn sadrak-jane ,,...surveinya rendah. alternatif satu -satunya NIVI… sy ikut dlm iring-iringan NIVI yg kemudian memenangkan pilkada. Sayapun dianggap sebagai salah satu yg berkontribusi & dihargai dgn jabatan staf khusus bupati periode 2016 sampai sekarang
Pengalaman sbg staf khusus yg diberi tugas melakukan monitoring sarana & prasarana di dinas pendidikan dengan mengunjungi semua sekolah di zona tugas selama seminggu, menelusuri jalan jalan desa yg umumnya sdh dibeton…... cukup melelahkan. Aku mulai berpikir…....yg lewat pake kendaran saja capek….bagaimana yg membuatnya, seberapa besar anggarannya, dll…... itupun tdk sempat kita lewati semua selama perjalanan seminggu. Aku memperhatikan dgn seksama jalan yg berbeton itu dan sesekali bertanya pada penduduk sekitar….jln ini dikerja tahun berapa. Ternyata sebagian besar dikerja di era pak Teo dgn APBD murni ……... memang waktu itu blm ada dana desa karena dana desa mulai berjalan tahun 2016…...aku berucap kpd sesama tim…."banyak jalan desa yg dibuat oleh pak Teo dulu ya!!!!"......teman sesama tim ada yg menimpali….."rata-rata disetiap kecamatan begini pak,,,di Rano apa lagi."....….ternyata konsep pembangunan pak Teo membangun dari pinggiran berbasis Lembang kelurahan…..padahal dulu aku melawannya krn issu "Tae apa dadi" aku hanya menilainya sebatas jln kabupatenSy lalu merasa terusik ut menemukan jawaban atas issu negative lain terhdp pak Teo yaitu " korupsi bandara buntu kunyi"
Secara umum modus korupsi pembebasan lahan ut kepentingan umum yaitu mark up harga dan membayar tanah tak bertuan dan atau membayar tanah negara……...kemungkinan modus pertama Mark up harga rasanya tdk mungkin, nilai ganti ruginya sangat rendah , rata -rata dua puluhan ribu rupiah………. Modus kedua yaitu membayar tanah tak bertuan dan atau membayar tanah negara. Inipun terbantahkan dgn putusan pengadilan yg sdh inkracht bhw tanah tersebut ada pemiliknya…..lalu bagaimana dgn status salah bayar? …..salah bayar dlm case a quo bukan korupsi krn sporadik merupakan alas hak yg sah sebelum putusan pengadilan membuktikan lain.
Issu korupsi bandara menjadi senjata pamungkas melemahkan bung Theo sbg petahana. Beberapa org ditetapkan sbg tersangka bahkan ada yg membawa status tersangkanya sampai liang kubur. Namun aparat penegak hukum (APH) tdk dapat membuktikannya sekalipun kasusnya telah berjalan hampir 10 tahun. Supervisi KPK pun tdk dpt membuat perkembangan baru atas kasus tsebut. Bung Teo dgn typicalnya yg low profil tetap diam tak bereaksi padahal dia bisa saja memanfaatkan infact sbg org tersalimi. SALUT. Semoga "issu basi" Ini tdk muncul lagi di pilkada kali ini. Karena kalau demikian…..kodok pun ikut tertawa.
TERNYATA AKU BUKAN SEKEDAR SALAH MENILAIMU TAPI IKUT MENZALIMI…….MAAFKAN AKU.....IZINKAN AKU MENEBUSNYA DGN MEMILIHMU
Sy berusaha mendeskripsikan secara objektib,...mungkin dinilai subjetib oleh yg lain….yg pasti tdk menjelekkan calon yg lain. Salam damai🙏