Disuatu waktu tak sengaja bertemu dengannya di Bandara Juanda Surabaya. Waktu itu aku baru tiba dari Jakarta sedang dia akan berangkat ke luar negeri.
Karena waktu mepet maka kami hanya sempat berbincang sebentar. Di akhir pembicaraan dia mengeluarkan amplop dari tas. Lalu mulai menghitung.
Aku yang penasaran apa yang dilakukannya lantas menoleh ke arah tangannya. Seketika ia menghentikan gerakan tangannya.
"Segini cukup?" Dia bertanya padaku.
Aku yang ga tahu apa-apa mengangguk saja. Setelah itu dia memberikan sekian lembar mata uang asing. Rupanya dia tadi menghitung lembaran demi lembaran uang yang mau diberikan padaku.
Andai aku tidak cepat-cepat menoleh, tentu dia masih akan menambah lembaran duit yang akan diberikan.
Awalnya kutolak tapi karena dia memaksa jadi terpaksa duit asing itu pun berpindah tangan.
Berbulan-bulan duit itu kusimpan saja. Lalu iseng kucoba tukar ke tempat penukaran uang. Ternyata duitnya sangat banyak. Ya ampun tak terpikir sebanyak itu.
Karena ga enak hati, maka aku berpikir untuk mengembalikan saja. Maklum jumlahnya banyak sekali. Tapi adikku bilang " Kak, tidak baik menolak kebaikan hati orang lain."
Setelah dipikir-pikir, kurasa benar juga ya pendapat adikku. Maka aku urungkan niat itu.
Berhubung aku selain kerja, juga punya usaha sampingan , maka duit itu mau kusumbangkan saja. Bukan 10%, bukan 50% tapi semuanya. Yakni 100 %.
Akhirnya duit itu pun kusumbangkan 100% ke rekeningku sendiri. Hahahag..
Kalo ingat kejadian di bandara itu maka sedikit yang kusesali adalah, kenapa cepat-cepat menoleh. Wkwkwk.
Oke gaes, lupakan ceritaku, kembali ke laptop.
Adakah di sini yang biasa pakai bajunya sobek dan tak layak dimasa kecilnya?
